VI.
PEMBAHASAN
Uji kuantitatif pada praktikum ini untuk
mengidentifikasi berbagai jenis gula. Jenis bahan makanan umumnya sudah dapat
memberi gambaran jenis gula apa yang terkandung didalamnya, misalnya:
1. Sari
buah dan madu mengandung fruktosa dan sukrosa
2. Produk-produk
susu mengandung laktosa, dan bila rasanya manis mungkin juga sukrosa
3. Ubi
jalar mengandung pati, sukrosa, dan glukosa
Uji kuantitatif dalam praktikum kali ini
meliputi antara lain :
1.
Uji benedict untuk uji gula reduksi
2.
Uji barfoed untuk uji membedakan
monosakarida dalam sistem yang mengandung disakarida
3.
Uji seliwanoff untuk uji membedakan
ketosa
Karbohidrat adalah
polihidroksi aldehid atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa
ini bila dihidrolisa. Molekul karbohidrat terdiri atas atmo-atom karbon,
hidrogen dan oksigen. Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus
–OH, gugus aldehid atau gugus keton.
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat, yaitu :
1. Monosakarida,
atau disebut gula sederhana, terdiri dari satu unit polihidroksi aldehid atau
keton.
2. Oligosakarida,
terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh
ikatan kovalen.
3. Polisakarida,
terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit
monosakarida.
Glukosa adalah
suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat
memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam glukosa terdapat
dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi
antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam
daun.
Fruktosa adalah
suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan
karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai
rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat
dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff,
yaitu larutan resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam clorida.
Laktosa memiliki gugus
karbonil yang berpotensi bebas pda residu glukosa. Laktosa adalah disakarida
pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa mengalami proses hidrolisis
enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.
Sukrosa atau gula tebu
adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa dibentuk oleh banyak tanaman
tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi. Sukrosa mempunyai sifat
memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi
hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam
jumlah yang ekuimolekular.
Maltosa merupakan disakarida yang paling sederhana. Maltosa terdiri dari
dua residu D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Sebuah molekul
glukosa dihubungkan melalui atom karbonnya yang pertama dengan gugus hidroksil
atom karbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua residu glukosa
tersebut berada dalam bentuk piranosa. Maltosa memilliki gugus karbonil yang
berpotensi bebas yang dapat dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula
pereduksi. Di dalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum
yang lebih mudah dicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu dan pada
serealia, misalnya beras.
Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Uji Benedict
Sampel
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Sukrosa
|
Laktosa
|
Maltosa
|
Warna sampel
|
Jernih tidak berwarna
|
Kurang pekat (+++++)
|
Sedikit keruh (++)
|
Tidak berwarna (+++)
|
Tidak bewarna (++++)
|
Warna pereaksi
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Warna larutan setelah dipanaskan
|
Merah bata jernih
|
Merah orange
|
Biru
|
Biru bening keruh, coklat muda
|
Biru
|
Warna endapan setelah dipanaskan
|
Merah bata (+++)
|
merah
|
-
|
Merah bata
|
Merah bata
|
Kesimpulan
|
positif
|
positif
|
negatif
|
positif
|
positif
|
Uji Benedict
Pereaksi benedict
berupa larutan yang
mengandung kuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Glukosa
dapat mereduksi ion Cu2+ dari
kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendap sebagai
Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat
peraksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning atau merah bata.
Warna endapan ini
tergantung pada konsentrasi
karbohidrat yang diperiksa.
Larutan benedict juga sering disebut sebagai larutan tembaga alkalis akan
direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan
membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi
menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat
gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C
pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan. (2011.
Anonim1)
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa warna sampel mula-mula dimana glukosa jernih tidak berwarna,
fruktosa jernih kurang pekat, sukrosa sedikit keruh, laktosa tidak berwarna
keruh, dan maltosa tidak berwarna kekuningan. Warna pereaksi benedict adalah
biru. Warna endapan setelah dipanaskan adalah larutan glukosa, fruktosa,
laktosa, dan maltosa merupakan gula reduksi, karena didapatkan warna endapan
setelah dipanaskan berwarna endapan merah bata. Sedangkan pada larutan sukrosa
bukan gula reduksi.
Tabel 6.2. Hasil Pengamatan Uji Barfoed
Sampel
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Sukrosa
|
Laktosa
|
Maltosa
|
Warna sampel
|
Jernih tidak berwarna
|
Kuning pekat
|
Jernih sedikit keruh
|
Tidak berwarna keruh
|
Tidak berwarna kekuningan
|
Warna pereaksi
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Warna larutan setelah dipanaskan
|
Biru Terang
|
Biru keruh
|
Biru
|
Biru
|
Biru
|
Warna endapan setelah dipanaskan
|
Merah orange
|
Merah orange
|
-
|
-
|
-
|
Kesimpulan
|
positif
|
positif
|
negatif
|
negatif
|
negatif
|
Uji Barfoed
Pereaksi barfoed
ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam
air, dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida. Monosakarida dapat
mereduksi lebih cepat
daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih
cepat oleh monosakarida daripada
oleh disakarida, dengan anggapan bahwa
konsentrasi monosakarida dan
disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak. Uji barfoed ini
berdasarkan reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Disakarida
dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Pada percobaan
ini, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Perbedaan antara pereaksi Barfoed dengan
pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pereaksi Barfoed digunakan pada
suasana asam. (2011. Anonim1)
Menurut Winarno (1997) dalam
pengujian monosakarida mengunakan perekaksi Barfoed, setelah dipanaskan selama
1 menit, didiamkan beberapa saat sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi
pada larutan uji tersebut.
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa warna sampel mula-mula dimana glukosa jernih tidak berwarna,
fruktosa jernih kurang pekat, sukrosa sedikit keruh, laktosa tidak berwarna
keruh, dan maltosa tidak berwarna kekuningan. Warna pereaksi barfoed adalah
biru. Warna endapan setelah dipanaskan adalah larutan glukosa dan fruktosa
menunjukkan hasil positif yaitu berwana merah orange, maka disimpulkan larutan
glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida. Sedangkan pada larutan sukrosa,
laktosa, dan maltosa bukan monosakarida.
Tabel 6.3. Hasil Pengamatan Uji
Seliwanoff
Sampel
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Sukrosa
|
Laktosa
|
Maltosa
|
Warna sampel
|
Jernih tidak berwarna
|
Kurang pekat
|
Jernih sedikit keruh
|
Tidak berwarna keruh
|
Tidak berwarna kekuningan
|
Warna pereaksi
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Warna larutan setelah dipanaskan
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Warna endapan setelah dipanaskan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Kesimpulan
|
negatif
|
negatif
|
negatif
|
negatif
|
negatif
|
Uji Seliwanoff
Reaksi ini spesifik
untuk ketosa. Dasarnya adalah perubahan fruktosa oleh asam panas (HCl panas)
menjadi levulinat dan hidroksimetil-furfural yang selanjutnya berkondensasi
dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah. Uji Seliwanoff adalah
sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via
gugus fungsi keton/aldehida gula
tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, gula tersebut adalah
ketosa. Sebaliknya jika gula mengandung gugus aldehida, gula adalah aldosa. Uji
ini didasarkan bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi
daripada aldosa. (2011. Anonim2)
Sumber : (2011.Anonim2)
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa warna sampel mula-mula dimana glukosa jernih tidak berwarna,
fruktosa jernih kurang pekat, sukrosa sedikit keruh, laktosa tidak berwarna
keruh, dan maltosa tidak berwarna kekuningan. Warna pereaksi benedict adalah
tidak berwarna. Tidak terdapat warna endapan setelah dipanaskan pada larutan
glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa, sehingga kesimpulan
didapatkan negatif untuk uji Seliwanoff. Hal ini mungkin praktikan melakukan
kesalahan pengujian. Pada literatur larutan fruktosa dan sukrosa
merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji
positif karena sukrosa adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan
glukosa.
Tabel 6.4. Hasil Pengamatan Uji
Organoleptik Range 50-200%
Uji Organoleptik
|
Glukosa
|
Fruktosa
|
Sukrosa
|
Laktosa
|
Maltosa
|
Presentase
|
120 %
|
200%
|
100%
|
60%
|
80%
|
Pada uji organoleptik dapat terlihat
larutan fruktosa mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi, dilanjutkan glukosa,
sukrosa, maltosa, dan yang terakhir adalah laktosa.
Tabel 6.5.1 Hasil Pengamatan Sebelum Gelatinisasi
Pati
Sampel
|
Sebelum Gelatinisasi
|
Warna
|
Kekeruhan
|
Kekentalan
|
Gambar
|
Tepung Tapioka
|
Putih susu
|
+
|
+
|
|
Tepung Terigu
|
Putih kekuningan
|
+++
|
+
|
|
Tepung Beras
|
Putih
|
+++
|
+
|
|
Tepung Ketan
|
Putih santan
|
+++
|
+
|
|
Tepung Kentang
|
Putih keruh
|
+
|
+
|
|
Tabel 6.5.2 Hasil Pengamatan Sesudah
Gelatinisasi Pati
Sampel
|
Sesudah Gelatinisasi
|
Warna
|
Kekeruhan
|
Kekentalan
|
Suhu
|
Gambar
|
Tepung Tapioka
|
Putih gading
|
++
|
++
|
58oC
|
|
Tepung Terigu
|
Putih keruh
|
++++
|
+++
|
63oC
|
|
Tepung Beras
|
Tidak terlalu putih
|
++
|
++++
|
70oC
|
|
Tepung Ketan
|
Lebih kuning (++)
|
++
|
+++
|
74oC
|
|
Tepung Kentang
|
Putih gading (++)
|
+++
|
++++
|
64oC
|
|
Tabel 6.5.3 Hasil Pengamatan
Gelatinisasi Dingin Pati
Sampel
|
Gelatinisasi Dingin
|
Warna
|
Kekeruhan
|
Kekentalan
|
Gambar
|
Tepung Tapioka
|
Putih gading (++)
|
++
|
++++
|
|
Tepung Terigu
|
Putih keruh
|
++++
|
++
|
|
Tepung Beras
|
Putih agak keruh
|
++
|
++++
|
|
Tepung Ketan
|
Lebih kuning (++)
|
++
|
++++
|
|
Tepung Kentang
|
Putih keruh (++)
|
+++
|
+++++
|
|
Zat pati adalah polimer
dari α-D-glukosa. Zat pati merupakan sumber energi utama untuk manusia. Sifak
fisik dan kimia pati dalam granula pati verpengaruh terhadap sifat-sifatnya
dalam makanan. Tiap jenis tanaman memiliki bentuk dan kisaran ukuran granula
pati yang khas, sehingga identifikasi pati dapat dilakukan dengan menggunakan
mikroskop. Ukuran granula pati berkisar antara 0,0002-0,015.
Gelatinisasi merupakan
fenomena pembentukan gel yang diawali dengan pembengkakan granula pati
akibat penyerapan air. Bila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula
pati akan menyerap air dan mulai bengkak namun terbatas, sekitar 30% dari berat
tepung. Tapi jumlah air yang terserap dan pembengkakaknnya terbatas.
Peningkatan volume granula pati yang terjadi didalam air pada suhu antara 55o-65oC
merupakan pembengkakan yang sesungguhnya, dan setelah pembengkakan ini granula
pati dapat kembli kekondisi semula. Granula pati dapat dibuat membengkak luar
biasa, tapi bersifat tidak dapat kembali lagi ke kondisi semula. Suhu pada saat
granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi yang dapat dilakukan dengan
penambahan air panas. Bila suspense pati dan air dipanaskan, beberapa perubahan
selama terjadiinya gelatinisasi dapat diamati.
Mula-mula suspensi pati
yang keruh seperti susu tiba-tiba mulai menjadi jernih pada suhu tertentu,
tergantung jenis pati yang digunakan. Terjadinya translusi larutan pati
tersebut biasanya diikuti pembengkakan granula. Bila energi kinetik
molekul-molekul air menjadi lebih kuat daripada daya tarik-menarik antar molekul
pati di dalam granula, air dapat masuk ke dalam
butir-butir pati. Hal ini yang menyebabkan granula itu bengkak.
Suhu gelatinisasi
pada tiap pati berbeda-beda. Menurut literatur suhu gelatinisasi pada pati
beras 68-78oC, tepung terigu 54,4-64oC, pati kentang 58-66oC,
tepung ketan 58-60oC, dan tapioka 52-64oC.
Pati
atau
amilum adalah
karbohidrat
kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau.
Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan
glukosa (sebagai produk
fotosintesis)
dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi
yang penting.
Pati mengandung dua jenis
polimer glukosa yaitu, α-amilasi (amilosa)
dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida
linear dari rantai unit-unit D-glukosa yang panjang, tidak bercabang yang
dihubungkan oleh ikatan α (1-4)-glukosida dengan berat molekul yang bervariasi.
Amilopektin memiliki berat molekul yang tinggi, memiliki banyak cabang, yang
terdiri dari beberapa unit glukosa berantai lurus. Unit tersebut dihubungkan
oleh ikatan glikosidik pada ikatan α (1-4) tetapi titik percabangannya
merupakan ikatan α (1-6). Amilosa memberi warna biru dengan adanya iodium
sedangkan amilopektin akan menghasilkan warna jingga sampai merah bahwa tidak
bereaksi bila ditambahkan larutan iodium. Bila larutan iodium diberikan pada
granula pati memberikan warna biru maka struktur molekul pati tersebut
berbentuk spiral. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan
amilopektin menyebabkan sifat lengket. (2011.Anonim4 dan 2011.Anonim5)
Struktur amilosa
Struktur amilopektin
Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan suhu gelatinisasi tepung tapioka sesuai dengan literatur yaitu
pada suhu 58oC (literatur 52-64oC). Suhu gelatinisasi
tepung terigu sesuai dengan literatur (58-63oC) yaitu 63oC.
Suhu gelatinisasi tepung beras sesuai dengan literatur (68-78oC)
yaitu 70oC. Suhu gelatinisasi tepung ketan tidak sesuai dengan
literatur yaitu 74oC dari literatur 58-60oC. Suhu gelatinisasi
tepung kentang sesuai dengan literatur (52-64oC) yaitu 64oC.
Granula pati mempunyai
sifat merefleksi cahaya yang terpolarisasi saat dilihat pada mikroskop nampak
kristal berwarna hitam putih. Sifat tersebut disebut dengan sifat bierfrigent.
Sifat bierfrigent akang menghilang saat granula pati mulai pecah.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan diantaranya :
·
Uji kuantitatif umumnya yaitu uji
Benedict, uji Barfoed, dan uji Seliwanoff.
·
Uji benedict yang menunjukkan nilai
positif diantaranya adalah glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa dengan
adanya endapan warna merah bata.
·
Uji Barfoed yang menunjukkan nilai positif
diantaranya adalah glukosa dan fruktosa dengan adanya endapan merah orange.
·
Uji Seliwanoff yang seharusnya positif
adalah fruktosa.
·
Kemanisan relatif dari yang paling manis
yaitu larutan fruktosa> glukosa>sukrosa>maltosa>laktosa.
·
Bentuk dan ukuran granula pati
berbeda-beda.
·
Pati terdiri dari dua fraksi, yaitu
amilosa (terlarut) dan amilopektin (tidak terlarut).
·
Gelatinisasi merupakan fenomena
pembentukan gel yang diawali dengan pembengkakan granula pati akibat
penyerapan air.
·
Amilosa memberikan sifat keras (pera)
sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
·
Semakin tinggi konsentrasi pati, maka semakin
tinggi suhu yang dibutuhkan agar pati mengental.
·
Suhu gelatinisasi
masing-masing sampel diantaranya tepung tapioka 58oC, tepung terigu
63oC, tepung beras 70oC, tepung ketan 74oC,
dan tepung kentang 64oC.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, S. (2005). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Aryulina, D., dkk. (2004). Biologi SMA untuk kelas XI. Jakara:
Erlangga
Buckle,
K. A., R. A. Edwards, G. H. fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta.
Girindra, A. 1993). Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tensiska, Ir., M.Si. 2010. Biokimia Pangan jilid 1. Jatinangor : Widya Padjadjaran
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama